ALUMNI 1494 JAKARTA

CATATAN SI AGUS DARI NEGERI SAKURA

2

Guys kali ini admin menyampaikan sebuah cerita dari teman kita tentang lawatannya di negeri matahari terbit, berkisah tentang pemanfaatan Energi serta hal unik lainnya selama kunjungan tersebut...so kita ikutin yuk "CATATAN SI AGUS"





Jumat, 4 April 2014
Ini adalah awal dari kunjungan saya ke Negara matahari terbit, dalam rangka pelatihan TR-1-14 Future Advanced Technology for Petroleum Industry yang dilaksanakan oleh JCCP (Japan Cooperation  Center, Petroleum) yang dilaksanakan pada tanggal 7 – 24 April 2014.  Saya terpilih untuk ikut training ini bersama dengan 13 peserta lainnya, antara lain 3 orang dari Vietnam, 3 orang dari Kuwait, 2 orang dari Irak, 1 orang dari Sudan, 1 orang dari Libya, 1 orang dari Nigeria, 1 orang dari Myanmar dan 1 orang dari Indonesia, yaitu saya sendiri.  Saya tiba di Jepang pukul 9.00.  Personil JCCP sudah menunggu saya di pintu keluar dan mengatakan dia akan menjemput 1 orang lagi, dan 1 orang lagi itu ternyata personil dari AKAMIGAS yang akan mengikuti training TR-2.  Wah senang sekali ada barengannya, namanya Erna Utami.  Kami langsung menuju Bus yang menuju Sunshine Prince Hotel, Ikebukuro.  Setelah mengucapkan terima kasih, kami berangkat ke Ikebukuro.  Setiba di hotel kami langsung check-in dan langsung jalan-jalan melihat-lihat suasana sekitar dan mencari bunga sakura.  Setelah dapat bunga Sakura, kami pergi ke pusat keramaian dekat stasiun Ikebukuro.  Setelah tenggelam dalam hiruk pikuk orang berseliweran, kami kembali ke hotel untuk makan malam.  FYI, pihak JCCP tidak menyiapkan makan pagi, siang dan malam untuk peserta pelatihan, namun menyediakan uang makan sebanyak 5000 yen / hari untuk para peserta (1 yen = Rp. 110).  Kelihatannya besar ya, padahal biaya hidupnya besar juga, hahaha…  Sekali makan, beli nasi sekepal (onigiri) harganya 120 yen, kalo mau sushi sekitar 500 yen, air yang 2 liter sekitar 180 yen.  Kalau mau makan mie udon atau ramen sekitar 800 – 1000 yen sekali makan.  Kayaknya bakalan tekor nih, ternyata……memang tekor, hehehehe…. 


Sabtu, 5 April 2014
Pada keesokan harinya,adalah hari orientasi bagi para peserta training.  Ada 3 (tiga) orang wanita yang menjadi guide kami untuk menjelajahi Tokyo dengan kereta.  Jalur kereta ada bermacam2 di Tokyo. Ada Yamanote Line (membentuk lingkaran yang dioperasikan oleh JR), ada Jalur Namboku, jalur Meguro, jalur Keio, jalur Ginza, Hibia, Yurakhuco, Uedo dan macam-macam lagi deh.  Ada yang dioperasikan oleh JR, ada yang dioperasikan oleh Tokyo Metro dll.  Tampaknya cukup mudah juga menjelajahi Tokyo dengan kereta.  Hanya saja yang menjadi perhatian, tempat keluarnya kita musti tahu dan ngerti, tapi mudah kok, ada petunjuk dimana-mana.  
Istana Kaisar

Kami dibawa ke istana kaisar (bagian luarnya saja), ada beberapa pohon sakura yang mengeluarkan bunga cantiknya yang berayun-ayun.  Setelah itu lanjut ke Asakusa, sebuah kuil kuno dimana jalan menuju ke kuil tersebut dipenuhi oleh pedagang cinderamata, pedagang makanan, baju, sandal, dan lain lain dan lain lain….. Kami makan siang (Bayar sendiri-sendiri) di KFC, dan sempat bingung juga karena pelayannya ga ngerti bahasa linggis, eh, inggris, terpaksa pake bahasa Tarzan lah…. Setelah itu kami balik ke hotel, selesailah acara hari ini.

Minggu 6 April 2014


Hari ini ada acara orientasi, tapi saya tidak ikut karena mau ketemu tante Ria a.k.a Khoiria, seorang mahluk kurus yang sekarang gendut, terdampar di Tsukuba University baru 1,5 tahun dan sekarang bertemu saya di Tokyo.  Saya dengan percaya diri berangkat menuju Akihabara Station untuk bertemu dengan Ria yang baru datang dari Tsukuba dengan menumpang Tsukuba Express.  Setelah bertemu Ria, kami sarapan MC Donalds dulu, setelah itu langsung ke Yodobashi Camera untuk melihat-lihat berbagai macam perangkat elektronik dan lainnya,  Yodobashi camera adalah sebuah toko serba ada, terdiri dari 9 lantai (lantai 8 food court/restoran).  Kami melihat-lihat sambil mengutil (dan bayar), sedikit ngamuk, sambil mutar muter ga jelas.  Ga terasa sudah jam 12, kami makan di restoran Sushi di lantai 8.  Ria mengajarkan saya, kalo pertama datang ke restoran, lap tangannya dulu, terus ambil gelas, isi dengan ocha, lalu isi dengan air panas yang tersedia di depan setiap pengunjung resto.  Yang menarik dari restoran tersebut (atau saya aja yang kamfungan), pelayan restoran tersebut menghitung berapa piring sushi yang kita makan hanya dengan menempelkan sebuah alat ke piring-piring menumpuk yang kita makan, dan dari alat tersebut langsung tercetak tagihannya, canggih bingitttt (kata ria).

Sushi restaurant @Yodobashi 8th floor

Setelah makan, kami melanjutkan muter-muter dan mencari toko Hard-off, sebuah toko yang menjual berbagai barang bekas pakai yang masih bagus.  Setelah itu, kami pergi ke Shibuya, tempatnya Hachiko, sebuah patung anjing yang menggambarkan kesetiaan anjing kepada tuannya.  Suasana persimpangan Shibuya sungguh luar biasa, dimana disaat bersamaan bisa ada ratusan  orang  menyeberang  jalan secara bersamaan.  Kami kembali mutar-mutar di sekitaran Shibuya, dan menclok di toko GAP untuk beli sebuah jaket sweater yang katanya sudah diskon 40% tapi harganya masih 3000 yen.  Ya sudahlah, nggak apa-apa, hehehee….
Setelah itu, saya kembali ke hotel untuk mijat kaki yang pegal banget, dan Ria kembali ke alamnya, eh, Tsukuba.

Shibuya Junction
Senin, 7 April 2014

Peserta Training TR-1

Duo TR-2
Hari ini adalah hari pertama mulai training, para peserta training semua kumpul di lobby sekitar pukul 9.00.  Setelah itu kami dipandu ke Sunshine City Building 60 (karena 60 lantai) ke lantai 58 dan 57.  Pembukaan dilaksanakan pukul 10.00 dan dipimpin oleh Mr.Matasaka Sase, pimpinan dari JCCP.  Kami diminta satu persatu memperkenalkan diri dan memperkenalkan background pekerjaan masing-masing.  Disanalah saya pertama kali bertemu dengan lecturer saya, Bunsuke Kariya San atau Kariya San, yang dibantu oleh Tetsuo Arii dan Toshinobu Ishikawa (Jepang banget namanya).


Setelah pembukaan, ada acara belajar bahasa Jepangnya, kami satu persatu belajar bahasa Jepang, Hajimemashite bla bla bla…. Lucu dan mengasyikkan juga untuk belajar sesuatu yang baru.  Setelah itu ada kuliah umum mengenai Japanese Economy.  Acara ditutup dengan makan malam bersama di rumah makan Cruise cruise di lantai 58.  O iya, saya juga dapat teman baru dari Pertamina yang ikut TR-2 course, namanya Niken Wulandari dari Pertamina Dumai.  Acara selanjutnya adalah menjelajahi ikebukuro lagi, dan mampir ke beberapa store didaerah Ikebukuro.
Suasana Jamuan Makan Malam di Restoran Cruise Cruise, Lt.58




Selasa, 8 April 2014
Hari ke-2 adalah hari perkenalan.  Kariya San memperkenalkan diri dengan teamnya, lalu kami satu persatu maju  ke depan kelas dan memperkenalkan diri kami.  Setelah itu kariya san memaparkan tentang kondisi energi dan perekonimian Jepang saat ini.  Sangat menarik karena disana dipaparkan bagaimana perubahan kondisi masyarakat Jepang dari masa ke masa.  Berikut antara lain yang menarik
  1. Bangsa Jepang adalah net importer energi, mereka mengimpor energi dari seluruh dunia, termasuk dari Indonesia
  2. Tingkat kematian akibat criminal : 0,3 kematian/100.000 orang. 
  3. Dahulu bangsa Jepang sangat suka naik mobil, tapi sekarang karena angkutan kereta sudah terbangun dengan baik, mereka lebih suka naik kereta daripada bermacet ria dengan mobil
  4. Jumlah orang tua di Jepang sangat banyak, karena tingkat lifetime mereka yang tinggi. Jadi kesimpulannya hidup di Jepang sangat baik bagi kesehatan anda. Rata-rata 85,9 tahun (wanita) dan 79,4 tahun (pria). Data tahun 2011.
  5. Umur pernikahan di Jepang makin lama makin tinggi.  Wanita 25 tahun, pria 28 tahun.  Lalu sempat ada tingkat kelahiran yang menurun, yaitu sekitar tahun 1965, karena ada keyakinan bahwa wanita yang lahir pada sekitar tahun itu akan memiliki kepribadian yang buruk (ada ada saja)
  6. Jepang tidak punya BUMN di bidang minyak dan gas bumi.
  7. Jepang telah mengoperasikan beberapa unit reaktor nuklir, namun sejak kejadian Tsunami 2011 dan Fukushima reactor plant, masyarakat Jepang mengharapkan agar kegiatan reaktor nuklir dihentikan.
=================================================================================

Visit to Sapporo and Yokohama, April 12 - 15 2014

=================================================================================

12 April 2014
Setelah kami habiskan 7 hari di Tokyo, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke Sapporo.  Sapporo adalah daerah utara Jepang, di pulau Hokkaido.  Daerah yang memiliki suhu dingin yang kejam.  Perjalanan kami dimulai dengan naik bus dari hotel Sunshine Prince Hotel menuju bandara Haneda, Tokyo.  Kami tiba di Haneda pukul 11.30 WJ (Waktu Jepang) dan langsung di check-in kan oleh Kariya San.  Pesawat take-off (lagi-lagi tepat waktu) pukul 12.30.  Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam.  Setiba di bandara Shin-citose, kami langsung naik Kereta ke Sapporo, sekitar 30 menit. Turun dari kereta, baru saya alami sendiri dingin yang menggigit saya.  Kami berjalan ke hotel di suhu berkisar 5’C.  Kami berjalan sekitar 300 meter dari stasiun dan tiba di Sapporo Crecent Hotel.  Nice hotel, nice facility. 
Malamnya saya kembali ke arah stasiun untuk mencari makan malam, dan saya menemukan sebuah restoran Udon, langsung pesan deh, nyam nyam. Pulangnya mutar-mutar sedikit dan mampir ke Kinokuniya dan Starbucks Café.



13 April 2014



Kami memulai hari minggu ini dengan perjalanan ke Stadion Sky Jump Okurayama.  Tempat diadakannya Olimpiade musim dingin yang dilengkapi dengan tempat seluncur ski yang tingginya luar biasa.  Tempat ini dilengkapi juga museum olimpiade musim dingin yang menyediakan beberapa game-game yang lucu dan menyenangkan.  

Setelah itu kami makan siang di restoran Taj Mahal, restoran kecil yang menyenangkan.  Kami disediakan roti prata (ya bukan sih?) beserta dengan kari dan dagingnya. Lalu kami menuju Hitsujigaoka Observation Hill yang berarti bukit domba, tempat patung Dr. William Smith Clark, seorang  seorang profesor dari Amerika yang membantu pengembangan universitas Hokkaido dan  pertanian di Hokkaido. 

Patung ini terkenal dengan gaya Dr. Clark yang lengan kanannya naik keatas dan menunjuk ke arah kejauhan, tangan kiri di pinggang dan terukir  dibawahnya “Boys be ambitious”. Setelah itu kami menuju Village of Hokkaido.  Tempat rumah-rumah kuno Hokkaido.  Ada bermacam-macam rumah disana, ada rumah tukang jahit, tempat membuat bir, asrama mahasiswa, rumah sakit jaman dahulu dan lain-lain.  Kesannya saya masuk ke rumah itu seperti masuk ke rumah “Oshin”, serial televisi Jepang tempo dulu.  Kunjungan kami selesai dan kami kembali ke Hotel.  Malamnya, saya beserta teman-teman dari Vietnam dan Thailand mencoba mencari makan malam di sekitar stasiun.  Saya bersama To Viet Chuong (Chuong San), Dao Minh Anh (Minh Anh San), Nguyen Boi Hong Lee (Hong Lee San) dan Pichit Thitthaweerut (Big San).  Mereka memesan makanan yang digoreng langsung di depan kami, aduh saya lupa nama makanannya.  Intinya isinya udang, cumi, telor dan macam-macam pantangan saya lainnya, dan saya makan, hehehe… apa boleh buat. Libur dulu deh kolesterolnya. Setelah itu kami kembali ke hotel.


14 April 2014
Site visit dimulai pada hari Senin, pertama-tama kami mengunjungi KitaIshikari Center, tempat pengolahan sampah (Garbage Incinerator).  Tempat pengolahan sampah Ishikari termasuk kecil, melayani sekitar 6000 rumah di sekitar area pabrik tersebut.  Fasilitas tempat pengolahan sampah tersebut terbilang cukup canggih.  Ada 2 fasilitas yang dimiliki, yaitu Crushing Facilities dan Incineration Facilities.  Terdapat tempat untuk memasukkan sampah yang dibawa oleh truk.  Namun sampah sudah harus dipisahkan terlebih dahulu, mana sampah plastik, kertas, bahan berbahaya, sampah organik dan lain-lain.  Disini diperlukan kesadaran para pembuang sampah untuk mengkategorikan sampah-sampah yang mereka buang. 


Setelah sampah masuk tempat penampungan, sampah masuk ke lokasi pembakaran dan setelah itu hasil pembakaran menghasilkan abu yang ditampung.  Proses pembakaran dibuat serapih mungkin agar energi yang dihasilkan dari pembakaran dapat digunakan kembali, dan ternyata tenaga pembakar digunakan juga untuk pembangkit yang menggunakan Hot-Water.


Yang menarik dari hasil pembakaran adalah abu yang dihasilkan mereka gunakan untuk proses landfill (pengisian tanah) yang mana proses ini merupakan metode paling umum dari pembuangan limbah yang terorganisir. 
Setelah itu kami mengunjungi Sanyu plant Service.  Sanyu Plant Service mengelola tempat pengolahan sampah industry dan juga memiliki fasilitas landfilling.  Tempat pengolahan sampah industri ini lebih besar disbanding ishikari, karena Sanyu menampung sampah industri dari pabrik-pabrik di sekitar Sapporo.  Sampah-sampah tersebut rata-rata adalah hasil limbah produksi dari pabrik yang berupa limbah cairan. 

Setelah itu kami masuk ke fasilitas Landfill milik Sanyu, sebuah tempat yang sangat luas dan terdapat penggalian tempat penampungan hasil olahan sampah dengan kedalaman mencapai 30 meter dan luas sekitar 1000 meter persegi.  Yang menarik, setelah mereka menggali penampungan, mereka melapisi tempat penampungan itu dengan semacam lapisan kedap air, hingga 5 lapis.  Paling atas lapisannya berwarna hijau, agar terlihat bagus dari atas namun juga tetap akan ditutup oleh tanah.  Pada saat kunjungan kami, terdapat 1 lubang yang besar yang siap memuat sisa limbah dan terdapat pula 1 area yang sudah ditutup oleh tanah yang memuat limbah.  Mereka tetap akan mengusahakan agar tempat penampungan itu tetap hijau dan subur dengan menanam bermacam-macam tanaman.  Limbah yang ditampung akan mengalami dekompos untuk beberapa dekade sampai limbah tersebut tidak memiliki efek terhadap lingkungan.  Sampai saat itu tiba, landfill sites perlu terus menerus dirawat dan diawasi.  Fasilitas ini memerlukan manajemen jangka panjang, antara lain pengawasan kelayakan air dan gas di sekitar area landfill.
Mr. Akira Komatsu
Namun hal lain yang perlu diambil positifnya adalah pengolahan sampah organik ini dapat menghasilkan gas metan yang dapat digunakan untuk listrik, serta air lindi (leachate) dapat digunakan setelah dilakukan adsorption (penghisapan) dapat menghasilkan useful metal. Oh ya, hal menarik lainnya, kami dibawa ke tempat owner dari Sanyu, yaitu Akira Komatsu.  
Beliau sudah berumur 80 tahun dan memiliki semua fasilitas tersebut.  Ia bercerita bagaimana kisahnya mengembangkan waste management dari awal hingga sampai saat ini.  Ia seorang pekerja keras yang pantang menyerah hingga umurnya yang sudah tua, tapi masih bersemangat.



15 April 2014
Pada hari ini kami mengadakan kunjungan ke Tomakomai CCS (Carbon Capture and Storage), sebuah fasilitas untuk menangkap dan menampung gas CO2 dari pembangkit listrik atau industri tanpa harus membuangnya ke udara dan membawanya ke sebuah lokasi di bawah tanah dan menampungnya dalam waktu yang lama.  Kegiatan ini juga dilaksanakan dalam rangka mendukung  Protokol Kyoto.  Protokol Kyoto adalah protokol kepada Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC atau FCCC), yang ditujukan untuk melawan pemanasan global. Proyek ini didanai oleh Kementerian Ekonomi, perdagangan dan Industri Jepang. 
Pada prinsipnya, mereka akan menggali kebawah hingga melewati Cap Rock (lapisan batuan penutup) yang menutup lapisan reservoir.  Mereka akan menginject carbon ke Lapisan Moebetsu (1000 meter dibawah permukaan) dan lapisan Takinoue (2500 meter dibawah permukaan tanah).  Masing-masing lapisan tersebut memiliki cap rock diatasnya.  Mereka juga membangun fasilitas observasi untuk memantau apakah ada carbon yang keluar dari dalam tanah atau dari dalam laut.  O iya, lokasi Tomakomai CCS adalah dipinggir laut.  Nahhh… menurut jadwal, ternyata mereka akan mulai menginject CO2 mulai tahun 2016.  Jadi saat ini baru tahapan pengerjaan site, drilling, test measurement dan instalasi perangkat.  Saya mengajukan pertanyaan, berapa lama/berapa tahun site ini dapat menampung CO2 dari pabrik/pembangkit dengan menghitung luas reservoir yang ada.  Mereka bilang sekitar 10 tahun proses injection, reservoir akan penuh.
Setelah mengunjungi Tomakomai, kami kembali ke Tokyo dengan menggunakan pesawat Japan Air Lines. 
Kami kembali ke Bandara Shin-chitose sekitar 3 jam sebelum take-off, jadi masih ada waktu untuk makan siang dan keliling-keliling melihat yang menarik di sekitar bandara yang mirip Mall ini.  Saya makan siang di sebuah restoran sushi, lalu membeli kepiting di dalam kaleng (permintaan ria a.k.a khoiria a.k.a. ndut from tsukuba).

Kirigami Performances
Setelah hampir tiba saatnya boarding, saya melewati sebuah panggung kecil, dan ternyata akan ada performance dari seorang wanita yang akan melakukan pentas kirigami. Kirigami adalah seni melipat dan memotong kertas. Kirigami dapat berupa bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.  Wanita itu adalah salah satu dari 10 wanita yang bisa kirigami di jepang dan satu-satunya di Hokkaido.  Waw, beruntung sekali saya bisa menyaksikan aksinya.  Ia mulai menggunting, mengggunting dan menggunting..... tadaaaaa.... jadi deh bentuk kupu-kupu, kuda, dan lain-lain. Keren......

Kami tiba di Tokyo sekitar pukul 18.00 WJ (Waktu Jepang) dan langsung menuju Yokohama untuk menginap di hotel Navios, sebuah hotel yang cantik dengan pemandangan yang cantik. Setelah check-in, sekitar pukul 19.00 saya beserta rekan Vietnam saya, To Viet Cuong, pergi bersama untuk makan malam.  Saya memilih tempat makan restoran “Surabaya”, sebuah restoran Indonesia, namun yang punya bukan orang Indonesia, dengan pelayannya orang Indonesia.


Restoran Surabaya @ Yokohama. 
Makan Rendang (atau semur?), 
Ikan Dabu-dabu dan krupuk udang.


Saya memesan makanan rendang  (yang rasanya mirip semur) dan ikan dabu-dabu.  Jadilah saya dan cuong menikmati makanan Indonesia. Kunjungan esok harinya adalah kunjungan ke Kilang Minyak Sodegaura milik Fuji Oil yang sudah saya sampaikan pada notes sebelum ini.

2 komentar:

agusmigas mengatakan...

Terima kasih Miko San.... :-)

MIKO mengatakan...

ada tanggal yang lumpat....sudah lengkapkah?